A.
LATAR
BELAKANG MASALAH
Film kartun sangat
berpengaruh pada anak-anak sebagai target utama tayanan tersebut. Karena
pengetahuannya terbatas, anak-anak memandang sesuatu seperti apa adanya. Film kartun cukup menarik perhatian anak dan sekaligus
keprihatinan orang tua.
Seiring dengan banyaknya film-film kartun yang
ditayangkan utamanya dari Jepang dan Amerika, terdapat satu film yang cukup
kontroversial yaitu film Crayon Shinchan. Seiring dengan meningkatnya berita
mengenai film tersebut, tentunya meningkat pula jumlah pemirsa yang menonton
baik itu masyarakat secara umum dan anak-anak khususnya. Tayangan pada
film-film kartun ini, selain mulai memasang nilai-nili moral yang kurang baik
juga mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak seperti halnya pada Crayon Shinchan
yang menayangkan Sinchan mengucapkan kata-kata yang dibolak-balik sehingga
menyebabkan sebagian anak menirukannya. Bukan hanya anak-anak namun orang
dewasa pun ikut-ikutan, bukannya memberikan contoh yang baik bagi anak-anak
agar pesan yang disampaikan oleh media dapat tersampaikan yang positifnya bukan
malah pesan negatif yang sampai pada anak karena bagaimana pun media bersifat
netral, baik tidaknya pesan yang sampai pada anak tergantung dari bagaimana
orang tua memberikan pengertian pada anak tersebut.
Semakin banyak dan beragamnya film-film
kartun yang dapat diakses oleh anak menyebabkan kekhawatiran pada orang tua.
Untuk itu saya mencoba melakukan penelitian seberapa besar pengaruh film kartun
terhadap perkembangan bahasa pada anak.
B.
RUMUSAN MASALAH
Adapun permasalahan
yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Apakah ada pengaruh
pada bahasa yang digunakan anak setelah menonton film kartun?
2.
Apakah film kartun
memberi pengaruh yang besar terhadap perkembangan bahasa anak?
3.
Bagaimana cara supaya
film kartun tidak memberi pengaruk negatif terhadap perkembangan bahasa pada
anak?
4.
Bagaimana cara memilih
tontonan yang baik untuk anak?
C.
TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan dari makalah ini ialah untuk memenuhi tugas
Bahasa Indonesia dari Ibu Welsi Damayanti, M.Pd., dan sejalan dengan rumusan
masalah di atas makalah ini disusun untuk dapat dijadikan referensi dalam menyikapi perkembangan
film-film kartun dan pengaruhnya terhadap perkembangan terhadap bahasa pada
anak-anak.
D.
MANFAAT PENULISAN
Makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi
para orang tua dalam menghadapi maraknya film-film kartun yang semakin tak
terbendung dan untuk membantu mengurangi pengaruh negatif pada perkembangan
bahasa anak.
BAB II
LANDASAR TEORI
A.
PSIKOLOGI
ANAK
Pada tahap masa
awal anak, seorang anak telah memasuki perkembangan kognitif tahap
praoperasional. Menurut piaget, tahap ini terjadi pada usia anak mencapai
2 hingga 7 tahun. Pada tahap inilah konsep yang stabil dibentuk, penalaran
mental muncul, egosentrisme mulai kuat dan kemudian melemah, serta keyakinan
pada hal hal yang magis terbentuk. Pemikiran praoperasional adalah awal
kemampuan untuk merekonstruksi pada tingkat pemikiran apakah seorang anak dalam
melakukan sesuatu. Pemikiran praoperasional juga mencakup peralihan penggunaan
simbol dari yang primitif kepada yang lebih canggih. Pemikiran praoperasional
dapat dibagi ke dalam dua subtahap: subtahap fungsi simbolis dan subtahap
pemikiran intuitif.
1. Subtahap Fungsi Simbolis
Subtahap Fungsi
Simbolis (symbolic function subtange) adalah subtahap pertama pemikiran
praoperasional yang terjadi sekitar usia 2 hingga 4 tahun. Pada subtahap ini,
anak anak mengembangkan kemampuan untuk membayangkan secara mental suatu objek
yang tidak ada. Kemampuan untuk berpikir simbolis semacam ini disebut dengan fungsi
simbolis dan kemampuan itu mengembangkan secara cepat dunia mental anak. Hal
yang paling bisa diamati adalah anak kecil menggunakan desain corat coret untuk
menggambarkan manusia, rumah, mobil, awan, dan lain lain.
Anak anak kecil
tidak terlalu peduli dengan realitas, gambar gambar yang mereka buat penuh daya
cipta. Matahari biru, langit kuning, dan mobil mengambang diawan, semua itu
adalah dunia simbolis dan imajinatif mereka.
Egosentrisme (egocentrism)
adalah suatu ciri pemikiran praoperasional yang menonjol. Egosentrisme adalah
suatu ketidakmampuan untuk membedakan perspektif diri dengan perspektif
oranglain. Anak belum memiliki kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan,
dilihat dan dipikirkan oleh oranglain, ia lebih cenderung untuk melihat sesuatu
dari sudut padang dirinya sendiri.
Animisme (animism)
adalah bentuk lain pemikiran praoperasional. Animisme adalah keyakinan bahwa
objek yang tidak bergerak memiliki suatu kehidupan dan dapat bertindak. Anak
kecil dapat menunjukkan pemikiran animisme dengan mengatakan seperti: “Ma,
pohon itu mendorong daunnya biar bergerak gerak agar daunya jatuh”. Anak kecil
menggunakan animisme karena sulit membedakan kejadian kejadian yang tepat bagi
penggunaan perspektif manusia dan buka manusia.
2. Subtahap Pemikiran Intuitif
Subtahap
pemikiran intuitif (intuitive thought substage) adalah subtahap kedua
pemikiran praoperasional yang terjadi sekira usia 4 hingga 7 tahun. Pada tahap
ini, anak-anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu jawaban atas
semua bentuk pertanyaan.
Piaget menyebut
pada periode waktu ini anak-anak tampaknya begitu yakin tentang pengetahuan dan
pemahaman mereka, tetapi belum begitu sadar bagaimana mereka tahu apa yang
mereka ketahui itu. Lebih jelasnya mereka mengatakan mengetahui sesuatu, tetapi
mengetahuinya dengan cara tidak menggunakan pemikiran rasional.
Centration
terbukti paling jelas terjadi pada awal anak-anak yang kekurangan pemahaman
conservation. Conservation adalah suatu keyakinan akan keabadian atribut objek
atau situasi tertentu terlepas dari perubahan yang bersifat dangkal. Seorang
dewasa akan dapat membedakan dengan jelas jumlah suatu cairan (air) yang
dipindah dari sebuah piring kedalam gelas dengan mengatakan jumlah cairan tetap
sama. Tetapi tidak dengan anak kecil, sebaliknya mereka tertipu oleh tinggi
cairan akibat tinggi gelas.
Karakteristik
lain anak-anak praoperasional adalah mereka menanyakan serentetan pertanyaan.
Pertanyaan-pertanyaan anak yang paling awal tampak kira kira pada usia 3 tahun,
dan pada usia 5 tahun mereka membuat pusing orang-orang dewasa disekitarnya karena
lelah menjawab pertanyaan-pertanyaan ”mengapa” mereka.
Pertanyaan-pertanyaan
mereka menunjukkan akan perkembangan mental dan mencerminkan rasa ingin tahu
intelektual mereka. Pertanyaan-pertanyaan ini menandai munculnya minat anak-anak
akan penalaran dan penggambaran kenapa sesuatu seperti itu. Seperti mengapa
matahari bersinar, mengapa adik ada diperut ibu, mengapa ada orang di televisi,
dan lain lain
B.
PERKEMBANGAN BAHASA
PADA ANAK
Perkembangan
bahasa atau komunikasi pada anak merupakan salah satu aspek dari tahapan
perkembangan anak. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan prestasi
manusia yang paling hebat dan menakjubkan.
1. Tahapan perkembangan bahasa pada anak secara umum
Tahapan-tahapan umum perkembangan kemampuan Berbahasa seorang anak,
yaitu:
a. Reflexsive
Vocalization
Pada usia 0-3
minggu bayi akan mengeluarkan suara tangisan yang masih berupa refleks. Jadi,
bayi menangis bukan karena ia memang ingin menangis tetapi hal tersebut
dilakukan tanpa ia sadari.
b. Babling
Pada usia lebih
dari 3 minggu, ketika bayi merasa lapar atau tidak nyaman ia akan mengeluarkan
suara tangisan. Berbeda dengan sebelumnya, tangisan yang dikeluarkan telah
dapat dibedakan sesuai dengan keinginan atau perasaan si bayi.
c. Lalling
Di usia 3
minggu sampai 2 bulan mulai terdengar suara-suara namun belum jelas. Bayi mulai
dapat mendengar pada usia 2 s/d 6 bulan sehingga ia mulai dapat mengucapkan
kata dengan suku kata yang diulang-ulang, seperti: “ba….ba…, ma..ma….”
d. Echolalia
Di tahap ini,
yaitu saat bayi menginjak usia 10 bulan ia mulai meniru suara-suara yang di
dengar dari lingkungannya, serta ia juga akan menggunakan ekspresi wajah atau
isyarat tangan ketika ingin meminta sesuatu.
e. True Speech
Bayi mulai
dapat berbicara dengan benar. Saat itu usianya sekitar 18 bulan atau biasa
disebut batita. Namun, pengucapannya belum sempurna seperti orang dewasa.
2. Tahapan Perkembangan Bahasa Pada Anak Menurut
Beberapa Ahli
a.
Lundsteen,
membagi perkembangan bahasa dalam 3 tahap, yaitu:
1)
Tahap
pralinguistik
Pada usia 0-3
bulan, bunyinya di dalam dan berasal dari tenggorok. Pada usia 3-12 bulan,
banyak memakai bibir dan langit-langit, misalnya ma, da, ba.
2)
Tahap
protolinguitik
Pada usia 12 bulan-2 tahun, anak sudah mengerti dan menunjukkan alat-alat
tubuh. Ia mulai berbicara beberapa patah kata (kosa katanya dapat mencapai
200-300).
3)
Tahap
linguistik
Pada usia 2-6
tahun atau lebih, pada tahap ini ia mulai belajar tata bahasa dan perkembangan
kosa katanya mencapai 3000 buah.
b. Bzoch membagi tahapan perkembangan bahasa
anak dari lahir sampai usia 3 tahun dalam empat stadium, yaitu:
1) Perkembangan bahasa bayi sebagai komunikasi
prelinguistik
Terjadi pada
umur 0-3 bulan dari periode lahir sampai akhir tahun pertama. Bayi baru lahir belum
bisa menggabungkan elemen bahasa baik isi, bentuk, dan pemakaian bahasa. Selain
belum berkembangnya bentuk bahasa konvensional, kemampuan kognitif bayi juga
belum berkembang. Komunikasi lebih bersifat reflektif daripada terencana.
Periode ini disebut prelinguistik. Meskipun bayi belum mengerti dan belum bisa
mengungkapkan bentuk bahasa konvensional, mereka mengamati dan memproduksi
suara dengan cara yang unik.
2) Kata – kata pertama : transisi ke bahasa anak
Terjadi pada
umur 3-9 bulan. Salah satu perkembangan bahasa utama milestone adalah
pengucapan kata-kata pertama yang terjadi pada akhir tahun pertama, berlanjut
sampai satu setengah tahun saat pertumbuhan kosa kata berlangsung cepat, juga
tanda dimulainya pembetukan kalimat awal. Berkembangnya kemampuan kognitif,
adanya kontrol, dan interpretasi emosional di periode ini akan memberi arti
pada kata-kata pertama anak. Arti kata-kata pertama mereka dapat merujuk ke
benda, orang, tempat, dan kejadian-kejadian di seputar lingkungan awal anak.
3) Perkembangan kosa kata yang cepat-Pembentukan
kalimat awal.
Terjadi pada
umur 9-18 bulan. Bentuk kata-kata pertama menjadi banyak dan dimulainya
produksi kalimat. Perkembangan komprehensif dan produksi kata-kata berlangsung
cepat pada sekitar umur 18 bulan. Anak mulai bisa menggabungkan kata benda
dengan kata kerja yang kemudian menghasilkan sintaks. Melalui interaksinya
dengan orang dewasa, anak mulai belajar mengkonsolidasikan isi, bentuk, dan
pemakaian bahasa dalam percakapannya. Dengan semakin berkembangnya kognisi dan
pengalaman afektif, anak mulai bisa berbicara memakai kata-kata yang tersimpan
dalam memorinya. Terjadi pergeseran dari pemakaian kalimat satu kata menjadi
bentuk kata benda dan kata kerja.
4) Dari percakapan bayi menjadi registrasi anak pra
sekolah yang menyerupai orang dewasa.
Terjadi pada
umur 18-36 bulan. Anak dengan mobilitas yang mulai meningkat memiliki akses ke
jaringan sosial yang lebih luas dan perkembangan kognitif menjadi semakin
dalam. Anak mulai berpikir konseptual, mengkategorikan benda, orang, dan
peristiwa serta dapat menyelesaikan masalah fisik. Anak terus mengembangkan
pemakaian bentuk fonem dewasa
C.
PERAN ORANG TUA
Orang tua
adalah guru pertama bagi anak. Hal ini membuat orang tua memiliki andil besar
dalam pendidikan anaknya, baik dalam segi waktu, materi, dan tenaga. Penyediaan
sarana dan prasarana pendidikan di lingkungan rumah merupakan hal penting bagi
proses perkembangan anak. Yang penting, bagaimana orangtua membuat kondisi
rumah sedemikian rupa agar mampu menghasilkan stimulus positif sebanyak dan
sevariatif mungkin.
Orang tua
berkewajiban memelihara anak-anaknya dengan cara mendidik, menanamkan budi
pekerti yang baik, mengajarinya akhlak-akhlak yang mulia melalui keteladanan
dari orang tuanya, dan juga berusaha memenuhi kebutuhan anak baik lahir maupun
batin secara proporsional sesuai dengan tingkat perkembangan dan kondisi anak.
Mendidik dan memberikan tuntunan merupakan sebaik-baik hadiah dan perhiasan
paling indah yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya. Sudah menjadi keharusan
bagi orang tua dan pendidik untuk bekerja bersama-sama memberikan kontribusi
secara aktif dan positif dalam membentuk kualitas anak yang cerdas baik secara
intelektual, emosional, maupun spiritualnya. Untuk itu orang tua harus memahami
tahapan-tahapan perkembangan pada anak agar mereka dapat memberikan stimulus
sesuai usia anak.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
PENGARUH
FILM KARTUN TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK USIA TIGA TAHUN
1.
Objek
sebelum menonton film kartun
Objek
mengungkapkan kata-kata sederhana yang biasa dipergunakan sehari-hari.
Berdasarkan keterangan dari orang tuanya, objek belum pernah menonton film
kartun yang akan digunakan sebagai pembanding pengaruh perkembangan bahasanya.
2.
Objek
setelah menonton film kartun
Baik tingkah laku maupun kata-kata yang diucapkan ada
perubahan. Berulang kali objek menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan film
tersebut. Berikut contoh pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan objek:
a.
Kok
mereka pada nyanyi bunda?
b.
Yang
itu namanya siapa?
Selain
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, objek pun berulang kali menyanyikan lagu yang
ditayangkan pada film yang dijadikan pembanding perkembangan bahasa.
B.
PERAN
ORANG TUA UNTUK MELINDUNGI ANAK DARI PENGARUH NEGATIF FILM KARTUN
Orang tua merupakan pengontrol
dan penjelas mana yang baik dan mana yang kurang baik bagi anak. Seorang anak
akan menerima informasi apa saja yang sampai kepadanya tanpa bisa menyaring
mana informasi yang baik atau kurang baik sehingga tugas orang tua untuk
membatasi informasi yang sampai kepada anaknya. Sebaiknya orang tua
memilah-milah tontonan yang baik untuk anaknya.
C.
CARA
MEMILIH FILM KARTUN YANG MEMBERI PENGARUH POSITIF PADA ANAK
Rata-rata film kartun yang
ditayangkan televisi urang mendidik meskipun ada sebagian yang tetap bersifat
edukatif. Namun di luar kekhawatiran orang tua terhadap kualitas film itu
sendiri, perlu diwaspadai iklan-iklan yang berseliweran sepanjang film kartun
ditayangkan. Berikut tips yang bisa menjadi alternatif dalam memberi tontonan
yang baik untuk anak:
1.
Kartun
yang bersifat mendidik dan tidak menayangkan kekerasan atau sikap moral yang
buruk seperti perkelahian atau balas dendam.
2.
Disajikan
dalam bentuk rekaman atau kaset agar anak terhindar dari bahaya iklan yang
dapat memberikan kontribusi menjadikan anak berkemungkinan menjadi konsumtif.
3.
Selama
penayangan acara sebaiknya tetap didampingi oleh orang tua.
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Tayangan kartun untuk
anak-anak memang baik dalam pengembangan imajiasi maupun perkembangan bahasa
karena dari film kartun anak dapat mempelajari banyak kata-kata baru. Film
kartun pun dapat menarik perhatian anak untuk belajar bahasa asing atau
menambah perbendaharaan kata. Tinggal bagaimana orang tua menyikapinya,
memberika pengarahan dan pengawasan yang baik agar anak dapat menyerap pesan
baik dari film yang ditontonnya.
B.
SARAN
Sebaiknya orang tua
tidak serta merta membiarkan anaknya dididik oleh media, namun tetap diberikan
pengawasan sehingga anak tida menjadi korban media.
DAFTAR PUSTAKA
Ristyar. 2010. Peranan
Orang Tua dalam Perkembangan Bahasa pada Anak. [Online]. Tersedia: http://ristyar08.student.ipb.ac.id/2010/06/18/d-peranan-orang-tua-dalam-perkembangan-bahasa-pada-anak/
Yayang. 2010. Perkembangan
bahasa pada anak. [Online]. Tersedia: http://yayangy08.student.ipb.ac.id/2010/06/18/perkembangan-bahasa-pada-anak/
. 2010. Cerdas Memilih Acara Kartun untuk Anak.
[online]. Tersedia: http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Psikologi/cerdas.memilih.acara.kartun.untuk.anak/001/007/764/523/-/4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar